Senin, 13 April 2015

teori pendorong kreativitas



Teori – Teori Pendorong Kreatifitas


1.      Kondisi Internal yang mendorong prilaku kreatif
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2002) faktor internal yang dapat membuat individu kreatif adalah adanya keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation), kemampuan untuk bereksperimen. Ketiga ciri atau kondisi tersebut merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk berkreasi.

2. Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif
Menurut Rogers, penciptaan kondisi keamanan psikologis dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.

TEORI WALLAS (TEORI TENTANG PROSES KREATIF)


Teori Wallas, salah satu teori yang sampai sekarang banyak dikutip adalah teori Wallas yang dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya “The Art of Thought” (Piirto, 1992) yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu (1) persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, dan (4) verifikasi. Berabad – abad orang berupaya menjelaskan apa yang terjadi apabila seseorang mencipta.

Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya.

Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi adalah tahap di mana individu seakan – akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra – sadar. Sebagaimana terlihat dari analisis biografi maupun dari laporan tokoh seniman dan ilmuwan, tahap ini penting artinya dalam proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru berasal dari daerah pra – sadar. Sebagaimana terlihat dari analisis biografi maupun dari laporan tokoh seniman dan ilmuwan, tahap ini penting artinya dalam proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru berasal dari daerah pra – sadar atau timbul dalam keadaan ketidaksadaran penuh.

Tahap ilumunasi adalah tahap timbulnya “insight” atau “Aha – Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gangguan baru, beserta proses – proses psikologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.
Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap di mana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).


TEORI TENTANG BELAHAN OTAK KANAN DAN KIRI



Segera setelah anak dilahirkan, gerakan – gerakannya yang semula belum berdeferensiasi berkembang menjadi pola yang preferensi untuk kiri dan kanan. Hampir setiap orang mempunyai sisi yang dominan. Pada umumnya orang lebih biasa menggunakan tangan kanan (berarti dominasi belahan otak kiri); tetapi ada orang – orang yang termasuk kidal (left – handed). Mereka lebih dikuasai oleh belahan otak kanan. Dihipotesiskan bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi – fungsi kreatif, sehingga terjadi “dichotomanua”, membagi – bagi semua fungsi mental menjadi fungsi belahan otak kanan dan kiri. 

Teori ini, walaupun didukung oleh bukti –bukti empiris, namun masih memerlukan pengkajian lebih lanjut (Decey, 1989; Piirto, 1992) untuk keabsahannya.



Belahan Otak Kiri
Belahan Otak Kanan
Intelek
Konvergen
Intelektual
Rasional
Verbal
Horizontal
Konkret
Realistis
Diarahkan
Diferensial
Sekunsial
Historikal
Analitis
Eksplisit
Objektif
Suksesif
Intuisi
Divergen
Emosional
Metaforik, intuitif
Nonverbal
Vertikal
Abstrak
Impulsif
Bebas
Eksistensial
Multipel
Tanpa batas waktu
Sintesis, holitik
Implisit
Subjektif
Simultan

 Liputan proses  belajar kreatif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan  kreativitas siswa dalam belajar yaitu:

  • Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif.
  • Memberikan Pemanasan

Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.

  • Pengaturan Fisik

Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.

  • Kesibukan Dalam Kelak

kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.

  • Guru sebagai Fasilitator

Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).

  • Mengajukan dan mengundang pertanyaan

Dalam proses belajar mengajar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.

  • Tehnik Bertanya

Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
  • Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
  • Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
  • Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
  • Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
  • Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya
  • Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
  • Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)


  • Metode Diskusi

Dalammetode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.

  • Metode Inquiri-Discovery

Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan  merumuskan  masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau  menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis.
Keativitas berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir : kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-discovery. Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam  pengalaman belajar inquiry adalah :
Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi.
1.                     Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
2.                     Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
3.                     Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan).
4.                     Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya.
5.                     Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.
6.                     Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86).


  • Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)

Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini.

Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).
Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan  mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.

a.Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
1.                     Keterampilan berfikir lancar
2.                     Keterampilan berfikir luwes
3.                     Keterampilan berfikir orisinal
4.                     Keterampilan memperinci
5.                     Keterampilan menilai

b.Ciri-ciri efektif (nonaptitude)
1.                     Rasa ingin tahu
2.                     Bersifat imajinatif
3.                     Merasa tergantung oleh kemajemukan
4.                     Sifat berani mengambil resiko
5.                     Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).


Tehnik-tehnik Belajar kreatif dijelaskan sebagai berikut:

a) Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka
1.                     Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
2.                     Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
3.                     Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).

b) Sumbang Saran
Tehnik yang dikembangkan oleh Osborn ini dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil (Sekitas 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi :
1.                     Kebebasan dalam memberikan gagasan
2.                     Penekanan pada kuantitas
3.                     Kritik ditangguhkan
4.                     Kombinsi dan peningkatan gagasan
5.                     Mengulangi gagasan (Munandar, 1999 : 104).

c) Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini bertujuan melancarkan arus pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan, meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau daftar pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru.

d) Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini digunakan untuk mengubah gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi. Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat, kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi tersebut.

e) Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain untuk merangsang gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan” suatu hubungan antara objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur lain untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan” ialah agar kita dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru.

f) Pendekatan Morfologis
Pada tehnik pendekatan atau analisis morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur masalah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.                        Kita mulai dengan menentukan komponen-komponen dasar dari masalah atau situasi
2.                        Dari setiapkomponen kita tetapkan sifatnya
3.                        Dengan meninjau setiap kemungkinan kombinasi, dari sifat-sifat setiap komponen kita mendapatkan gagasan baru  dan kombinasi baru (Munandar, 1999 : 109).

g) Pemecahan masalah secara kreatif
parners, Noller dan Biondi (1971) dalam Munandar (1999:110-111) menajukan suatu model pemecahan masalah secara kreatif (PMK) meliputi:
1.                     Tahap mengumpulkan fakta
2.                     Tahap menemukan masalah
3.                     Tahap menemukan gagasan
4.                     Tahan mnemukan jawaban
5.                     Tahap menemukan penerimaan

 
Mengpa belajar kreativitas itu penting?
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.


  1. Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
  2. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
  3. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita. 
  4. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.


Sumber :

Nama Kelompok :


Bella Apriana (12514101)
Mutia Ramadayu (17514676)

Kerry Sarafina (15514816)

Zenia Zuraini Fatnie P (1C514665) 
Marlinda Diah Nur’aini (16514418)
Reanne Adhitta Putri (18514976)