Teori – Teori Pendorong Kreatifitas
1. Kondisi Internal yang mendorong prilaku kreatif
Menurut Rogers
(dalam Munandar, 2002) faktor internal yang dapat membuat individu kreatif
adalah adanya keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi
patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation),
kemampuan untuk bereksperimen. Ketiga ciri atau kondisi tersebut merupakan
dorongan dari dalam (internal press) untuk berkreasi.
2. Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif
Menurut Rogers,
penciptaan kondisi keamanan psikologis dan kebebasan psikologis memungkinkan
timbulnya kreativitas yang konstruktif.
TEORI WALLAS (TEORI TENTANG PROSES KREATIF)
Teori Wallas, salah satu teori yang sampai
sekarang banyak dikutip adalah teori Wallas yang dikemukakan pada tahun 1926
dalam bukunya “The Art of Thought” (Piirto, 1992) yang menyatakan bahwa
proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu (1) persiapan, (2) inkubasi, (3)
iluminasi, dan (4) verifikasi. Berabad – abad orang berupaya menjelaskan apa
yang terjadi apabila seseorang mencipta.
Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk
memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada
orang lain, dan sebagainya.
Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun
data/informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi adalah tahap di mana individu
seakan – akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti
bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam
alam pra – sadar. Sebagaimana terlihat dari analisis biografi maupun dari
laporan tokoh seniman dan ilmuwan, tahap ini penting artinya dalam proses
timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi
baru berasal dari daerah pra – sadar. Sebagaimana terlihat dari analisis
biografi maupun dari laporan tokoh seniman dan ilmuwan, tahap ini penting
artinya dalam proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu
penemuan atau kreasi baru berasal dari daerah pra – sadar atau timbul dalam
keadaan ketidaksadaran penuh.
Tahap ilumunasi adalah tahap timbulnya “insight” atau
“Aha – Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gangguan baru, beserta proses – proses psikologi yang
mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.
Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap di mana ide atau
kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran
kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergensi (pemikiran
kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
TEORI TENTANG BELAHAN OTAK KANAN DAN
KIRI
Segera setelah anak dilahirkan, gerakan – gerakannya yang
semula belum berdeferensiasi berkembang menjadi pola yang preferensi untuk kiri
dan kanan. Hampir setiap orang mempunyai sisi yang dominan. Pada umumnya orang
lebih biasa menggunakan tangan kanan (berarti dominasi belahan otak kiri); tetapi ada orang – orang yang
termasuk kidal (left – handed). Mereka lebih dikuasai oleh belahan otak
kanan. Dihipotesiskan bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi
– fungsi kreatif, sehingga terjadi “dichotomanua”, membagi – bagi semua fungsi
mental menjadi fungsi belahan otak kanan dan kiri.
Teori ini, walaupun didukung oleh bukti –bukti empiris,
namun masih memerlukan pengkajian lebih lanjut (Decey, 1989; Piirto, 1992)
untuk keabsahannya.
|
Belahan Otak Kiri
|
Belahan Otak Kanan
|
|
Intelek
Konvergen
Intelektual
Rasional
Verbal
Horizontal
Konkret
Realistis
Diarahkan
Diferensial
Sekunsial
Historikal
Analitis
Eksplisit
Objektif
Suksesif
|
Intuisi
Divergen
Emosional
Metaforik, intuitif
Nonverbal
Vertikal
Abstrak
Impulsif
Bebas
Eksistensial
Multipel
Tanpa batas waktu
Sintesis, holitik
Implisit
Subjektif
Simultan
|
Liputan proses
belajar kreatif
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun
program pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
- Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif.
- Memberikan Pemanasan
Sebelum
memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan
rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan
siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu
penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan,
bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda
lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan
memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa
ingin tahu siswa.
- Pengaturan Fisik
Membagi
siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
- Kesibukan Dalam Kelak
kegiatan
belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi
antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam
menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus
dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang
menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
- Guru sebagai Fasilitator
Guru dan
anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai
pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator
gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki
tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur
harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan
pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
- Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam
proses belajar mengajar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan
pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
- Tehnik Bertanya
Pertanyaan
yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau
terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan
mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi
mereka.
Dengan
mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna
untuk :
- Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
- Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
- Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
- Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
- Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya
- Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
- Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)
- Metode Diskusi
Dalammetode
dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai
pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi
seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan
misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan
yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
- Metode Inquiri-Discovery
Pendekatan
inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam
belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses
pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah.
Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan
masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul
gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry
informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan
dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis.
Keativitas
berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan
pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan
asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan
merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir :
kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi)
temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-discovery. Pokok-pokok
yang harus dipenuhi oleh guru dalam
pengalaman belajar inquiry adalah :
Berilah
pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu
masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media,
bermain peran dan demonstrasi.
1.
Berilah
siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
2.
Sediakan
sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
3.
Sediakan
peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan).
4.
Sediakan
waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya.
5.
Berilah
bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap
strategi pemecahan.
6.
Berilah
dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap
strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86).
- Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah
satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan
apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi,
atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan
menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum
pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja
kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi
di sini.
Memadukan
perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).
Dalam
rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek
perkembangan yaitu perkembangan mental
intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan
perkembangan moral.
a.Ciri-ciri
kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
1.
Keterampilan
berfikir lancar
2.
Keterampilan
berfikir luwes
3.
Keterampilan
berfikir orisinal
4.
Keterampilan
memperinci
5.
Keterampilan
menilai
b.Ciri-ciri
efektif (nonaptitude)
1.
Rasa
ingin tahu
2.
Bersifat
imajinatif
3.
Merasa
tergantung oleh kemajemukan
4.
Sifat
berani mengambil resiko
5.
Sifat
menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
Tehnik-tehnik
Belajar kreatif dijelaskan sebagai berikut:
a)
Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara
yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan
mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam
jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa
mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka
1.
Menyelesaikan
sesuatu yang telah dimulai
2.
Mencari
penggunaan baru dari benda sehari-hari
3.
Meningkatkan
atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
b)
Sumbang Saran
Tehnik
yang dikembangkan oleh Osborn ini dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah
dalam kelompok kecil (Sekitas 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan
sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan
meliputi :
1.
Kebebasan
dalam memberikan gagasan
2.
Penekanan
pada kuantitas
3.
Kritik
ditangguhkan
4.
Kombinsi
dan peningkatan gagasan
5.
Mengulangi
gagasan (Munandar, 1999 : 104).
c)
Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik
ini bertujuan melancarkan arus pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah
seperti mengembangkan, meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau
situasi.dengan meninjau daftar pertanyaan yang membantu melihat
hubungan-hubungan baru.
d)
Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik
ini digunakan untuk mengubah gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu
subyek atau situasi. Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau
situasi dicatat, kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk
mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi
tersebut.
e)
Hubungan yang dipaksakan
Tehnik
lain untuk merangsang gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan”
suatu hubungan antara objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur
lain untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan”
ialah agar kita dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau
yang sudah mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan
baru.
f)
Pendekatan Morfologis
Pada
tehnik pendekatan atau analisis morfologis kita berusaha memecahkan suatu
masalah atau memperoleh ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk
struktur masalah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.
Kita
mulai dengan menentukan komponen-komponen dasar dari masalah atau situasi
2.
Dari
setiapkomponen kita tetapkan sifatnya
3.
Dengan
meninjau setiap kemungkinan kombinasi, dari sifat-sifat setiap komponen kita
mendapatkan gagasan baru dan kombinasi
baru (Munandar, 1999 : 109).
g)
Pemecahan masalah secara kreatif
parners,
Noller dan Biondi (1971) dalam Munandar (1999:110-111) menajukan suatu model
pemecahan masalah secara kreatif (PMK) meliputi:
1.
Tahap
mengumpulkan fakta
2.
Tahap
menemukan masalah
3.
Tahap
menemukan gagasan
4.
Tahan
mnemukan jawaban
5.
Tahap
menemukan penerimaan
Mengpa belajar kreativitas itu
penting?
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny
Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu
penting.
- Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
- Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Sumber :
Nama Kelompok :
Bella Apriana (12514101)
Mutia Ramadayu (17514676)
Kerry Sarafina
(15514816)
Zenia Zuraini Fatnie P (1C514665)
Marlinda Diah Nur’aini (16514418)
Reanne Adhitta Putri (18514976)