A.
Konsep Sehat
Kesehatan adalah merupakan suatu pandangan akan
kondisi yang fleksibel antara kesehatan badan jasmani dengan kesehatan mental
rohani yang dibedakan dalam sebuah rentang yang selalu berfluktuasi atau
berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang
sempurna.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis.
B.
Konsep Kesehatan Mental Berdasarkan Dimensi :
1.
Emosiemosi adalah reaksi kompleks yang mengandung tingkatan aktivitas yang
tinggi, dan diikuti perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan
yang kuat. sehat secara emosional adalah kemampuan seseoranguntuk
mengekspresikan emosinya seperti marah, senang, sedih, takut, benci,bosan.
2.
Intelektual berhubungan dengan kecerdasan dalam berfikir. dimana kita mampu
untukberfikir dalam mengolah informasi dengan baik dan memecahkan masalah yang
dihadapi.
3.
Sosial sehat secara sosial adalah sehat dalam bersosialisasi dengan masyarakat
danlingkungan sekitar tanpa membedakan bedakan ras, agama, suku, statussosial
sehingga dapat hidup bersama dengan damai.
4.
Fisik Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya,berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar,rambut
tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau,selera
makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuhberjalan
normal.
5.
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO danmemiliki
arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu
perlumendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk
berlibur,mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama
danlainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
C. Sejarah Perkembangan kesmen
Beratus-ratus tahun yang lalu orang
menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan
dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam
penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai
besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang
mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya
ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu
contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang
terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal
dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa
adanya teori-teori yang dikemukakan. Masa selanjutnya adalah masa ilmiah,
dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai
kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Kesehatan mental di cetuskan oleh Adolf
Meyer (psychiater) berdasarkan saran Beers (mantan penderita sakit mental),
membantu perkembangan gerakan usaha kesehatan mental. Dialah yang mengemukakan
istilah “Mental Hygiene”. Di amerika pada tahun 1908 terbentuk suatu organisasi
“Connectitude Society for Mental Hygiene”. Pada tahun 1909 berdirilah “The
National Committee for Mental Hygiene”. Di inggris pada tahun 1842 berdirilah
organisasi “The Society for Improving the Condition Association for the
Protection of the Insane and the Prevention of Insanity”.
Akibat perang dunia I dan II banyak
terdapat penderita “war neurosis” di kalangan anggota militer, sehingga gerakan
Mental Hygiene makin besar usahanya mencari metode yang efisien untuk mencegah
gangguan mental serta mengadakan pembaharuan dalam metode penyembuhan. Pada
tahun 1930 Mental Hygiene mengadakan kongres pertama di Washington D.C. tahun
1946 Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang “The National Mental
Health Act” untuk memajukan kesehatan mental rakyat Amerika.
Pasti semua orang ingin memiliki mental
yang sehat tanpa terganggu apapun. Karna kesehatan mental dapat mempengaruhi
aktivitas kita. Maka dari itu, kesehatan mental mempunyai tujuan yaitu :
·
Mengusahakan agar manusia memiliki kempuan mental yang
sehat.
·
Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab
gangguan mental dan penyakit mental.
·
Mengusahakn pencegahan berkembangnya bermacam-macam
gangguan mental dan penyakit mental.
·
Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan
dan penyakit mental.
D. Pendekatan kesehatan mental
meliputi :
1.
Orientasi klasik
seseorang dianggap sehat apabila ia tidak
mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri
atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa
tidak sehat, serta menggangu efisiensi kegiatan sehari-hari”. Dalam definisi
ini, orientasi klasik mengemukakan orang yang sehat berarti orang yang tidak
mempunyai berbagai keluhan yang berakibat sakit untuk dirinya di dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti tidak cepat merasa lelah, cemas, tidak percaya
diri, cepat putus asa, perasaan tidak berguna dan lain sebagainya. Biasanya
ranah cakupan orientasi klasik ini banyak berkembang didunia kedokteran.
2.
Orientasi penyesuaian diri
seseorang dianggap sehat mental bila ia
mampu mengembangakan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta
lingkungan sekitarnya”. Definisi diatas berarti, orang dikatan sehat apabila ia
mampu bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Karena manusia adalah makhluk
sosial yang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain.
3.
Orientasi pengembangan potensi
seseorang dianggap mencapai taraf
kesehatan jiwa bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya
menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya
sendiri. Definisi diatas berarti orang dikatakan sehat apabila ia berhasil
mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan kreativitas yang ia miliki
sehingga ia bisa dihargai oleh masyarakat diluar sana.
Sumber: Rochman, Kholil Lur. (2010). Kesehatan
Mental. Yogyakarta :
Fajar Media Press
Rochman, Kholil Lur. (2010). Kesehatan Mental.
Purwokerto :
Stain Press
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan.
Yogyakarta :
Kanisius
Teori
Kepribadian
Kepribadian
adalah kata yang begitu umum dipakai di dunia Psikologi, kepribadian seseorang
bisa dinilai dari kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi dari berbagai orang
dalam berbagai keadaan. Untuk definisi kepribadian hampir bisa dikatakan tidak
ada suatu kesepakatan definisi dari keseluruhan pandangan yang pernah
dilontarkan.
Sehat
merupakan bagian dari harta manusia yang tak ternilai harganya. Sehat merupakan
anugerah dari Sang Maha Pencipta untuk makhluk hidup melakukan perbuatan mulia
sehingga sehat dapat di pandang indah untuk selalu disandang oleh individu yang
sadar akan hal tersebut.
Aliran
Psikoanalisa
Psikoanalisis
adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Aliran
psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego,
super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki
oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan
pengalaman-pengalaman dini.
Kepribadian Sehat Psikoanalisa:
- Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
- Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
- Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
- Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
- Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Dalam
aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis
dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu,
alam bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu.
Pandangan
kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi
yang pincang’ dari kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang
neuritis dan psikotis.
Sigmund
freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang
terganggu secara emosional, bukan kebribadian yang sehat; atau kebribadian yang
paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Jadi,
aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia
dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran
Behavioristik
Behaviorisme
juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa
pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki
batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang
yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh
John B. Watson (1879-1958)
Aliran
behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
- Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
- Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
- Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut
penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu
berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan
itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan
behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin
yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap
manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini
manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi
menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap
stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang
bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia
tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian
yang sehat menurut behavioristik:
- Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
- Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
- Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
- Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
Aliran Humanistik
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai
“kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai kritik
terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan
pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri
dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Pendapat Allport
Allport
ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang
terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata
itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya
tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan
dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam
kata “appropriate”.
Proprium menunjuk
kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti
bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau
proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu,
segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya
“saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang
dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila
semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut
dipersatukan dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah
susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
1. “Diri”
jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi
itdak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira
pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium
diri jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya bayi
membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam
jari-jarinya.
2. Identitas
diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas
diri. Anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus
sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan
dalam cermin adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan
percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam
menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
3. Harga
diri. Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnyaharga
diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil
dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya
bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila
orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri
yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
4. Perluasan
diri (self extension). Tingkat perkembangan diri berikutnya adalah
perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari
orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa
diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “kepunyaanku”,
ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas dirinya, untuk
memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi,
nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
5. Gambaran
diri. Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya.
Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang
dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan
anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan
supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi itngkah
laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua, anak
mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk
perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
6. Diri
sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai
pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru
dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting
ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual.
Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan
proses-proses yang logis dan rasional.
7. Perjuangan
proprium (propriate striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium
(propriate striving), tingkat terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan
diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu
masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang
baru, segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi
suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang
memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Sumber
:
Riyanti,
Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2.
Depok: Universitas Gunadarma.
Schultz
Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Schultz
Duane. 1991. Pengantar Psikologi Kepribadian Non Psikoanalitik. Yogyakarta :
Kanisius.