1. Definisi
Penyesuaian diri
Menurut ilmu psikologi, penyesuaian diri memiliki banyak
arti, seperti pemuasan kebutuhan, keterampilan dalam menangani frustasi dan
konflik, ketenangan pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan simtom-simtom. Itu
berarti belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan orang lain dan bagaimana
menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan. Tyson menyebut hal-hal seperti
kemampuan untuk beradaptasi, kemampuan berafeksi, kehidupan yang seimbang,
kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap frustasi,
humor, sikap yang tidak ekstrem, objektivitas, dan lain-lain (Tyson, 1951).
Kita tidak dapat mengatakan bahwa penyesuaian diri itu baik
atau buruk. Kita hanya dapat mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah cara
individual atau khusus organismedalam bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari
dalam atau situasi-situasi dari luar. Untuk beberapa orang mungkin reaksi ini
bisa efisien, sehat atau memuaskan. Sementara untuk orang lain reaksi ini
melumpuhkan, tidak efektif, atau bahkan patologik.
Jadi, kita dapat mendefinisikan dengan sederhana, bahwa
penyesuaian diri itu adalah suatu proses yang melibatkan respons-respons mental
dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi
kebutuhan-kebutuhan, tegangan
tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup. Dalam arti ini, kebanyakan respons cocok dengan konsep penyesuaian diri.
tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup. Dalam arti ini, kebanyakan respons cocok dengan konsep penyesuaian diri.
A.
Konsep
Penyesuaian Diri yang baik
Penyesuaian dapat diartikan sebagai adaptasi atau mempertahankan
eksistensinya dengan kata lain bertahan
dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan
relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan
sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau
prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara
efisien.
Ada
dua macam orang yaitu
·
mereka yang sehat adalah dapat menyesuaikan diri dengan baik, memiliki
respons-respons yang matang, efisien, memuaskan, menerima dan bereaksi sehat
terhadap lingkungan dan sehat jasmani rohani.
·
orang
yang neurotic adalah orang yang sangat tidak efisien, gelisah, tidak matang
emosional dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.
B.
konsep penyesuaian yang sehat
mereka yang berespon baik yakni yakni cocok dengan kodrat manusia,
dalam hubungannya dengan orang lain, lingkungan
dan dengan tanggung jawabnya. Mereka yang sehat memiliki ciri khas dalam penyesuaian diri
yang baik walau mereka terkadang memiliki kekurangan atau kelemahan, orang yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap
situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik,
frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang
simtomatik. Karena itu, ia relatif bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan
kronis, obsesi, atau gangguan-gangguan psikofisiologis (psikosomatik). Individu
sehat dalam penyesuaian diri memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup,
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki respons emosional yang tepat pada setiap
situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai
keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
2. Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel
mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
a. Proses Pertumbuhan Individu
secara fisik
Dari bayi
hingga tua kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus
menerus.
Penyesuaian diri dengan lingkungan
nya pun terus berkembang.
b. Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi pertumbuhan memang
sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri
berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa?
karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan
ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari
dalam diri atau dari luar diri.
c. Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmani seperti
pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan,
aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau
konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat
mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya.
Carl Roger (1961) menyebutkan 3
aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1. Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
3. Keinginan
yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
personal :
1. Faktor
biologis
Karakteristik anggota tubuh yang
berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
2. Faktor
geografis
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3. Faktor
budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga
berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap
orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak
kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah
komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan
pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.
d. Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.”
(Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers,
yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers
menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan
sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33).
3. Stress
A.
Pengertian Stress
Stres adalah terpacunya tubuh dan pikiran untuk merespon tuntutan yang
datang pada seseorang. Stres tidak bisa dan sebaiknya tidak dihindari,
sebaliknya stres harus ditahan, diatur, dan diarahkan. Respon dari stres
mempengaruhi organ dan jaringan di dalam tubuh. Pikiran dan perasaan jelas
terjalin dengan proses-proses fisiologis, tubuh mempengaruhi pikiran dan
sebaliknya. Perilaku yang sering dimunculkan karena stres misalnya, mudah marah,
berbicara dengan cepat, dan bergerak seperti terburu-buru (Schafer,
2000).
b. Efek – Efek dari Stress
1. Kanker
dan gangguan imun
Sistem imun alami tubuh dirancang untuk melindungi kita dari bahaya langsung. Stres kronis dapat merusak sistem tersebut dan justru menghambat kerja sistem imun. Akibatnya, risiko kanker dan masalah kesehatan lainnya akan meningkat.
Sistem imun alami tubuh dirancang untuk melindungi kita dari bahaya langsung. Stres kronis dapat merusak sistem tersebut dan justru menghambat kerja sistem imun. Akibatnya, risiko kanker dan masalah kesehatan lainnya akan meningkat.
2. Penyakit jantung
"Masyarakat sepertinya lupa bahwa stres merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung," ungkap Chauncey Crandall, MD, salah satu ahli jantung.
Salah satunya seperti kasus penyakit jantung yang terjadi pada Mantan Presiden AS, George W. Bush. Tim dokternya meyakini bahwa penyakit jantungnya muncul karena efek stres yang ia alami saat masih menjabat sebagai presiden.
3. Masalah berat badan
Stres dapat membuat seseorang menjadi makan berlebihan. Makan berlebihan ini pun biasanya berupa makanan yang tinggi kalori. Padahal obesitas dan kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, kanker dan depresi.
4. Depresi dan kecemasan
Stres memiliki dampak langsung dan nyata pada kesehatan mental. Stres kronis menyebabkan depresi, atau justru memperburuk depresi yang ada sebelumnya.
5. Rambut rontok
Kerontokan rambut juga sering terjadi akibat stres. Saat stres, efek yang diberikan terhadap rambut antara lain alopecia areata (sel darah putih 'menyerang' folikel rambut); telogen effluvium (rambut berhenti tumbuh); dan trikotilomania (kerontokan ekstrem akibat stres, cemas, tegang, kesepian, atau frustrasi).
6. Sindrom metabolik
Orang yang mengalami stres kronis berada pada risiko lebih besar untuk terkena sindrom metabolik, yang merupakan kombinasi dari diabetes, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, obesitas, dan kadar kolesterol abnormal. Jika terjadi bersamaan, maka akan meningkatkan risiko penyakit jantung.
c. Faktor – Faktor Penyebab Stress
1.Faktor Eksternal
Dari kalimat Eksternal dapat dipahami bahwa faktor eksternal merupakan faktor penyebab stress yang berasal dari luar diri. misalkan saja terkena PHK, tugas banyak, mengalami kejadian duka, dll. yang memmungkinkan membuat orang menjadi stress.
2. Faktor Internal
Faktor Internal stress berhubungan erat dengan faktor dari diri sendiri dan keadaanya, misalkan saja harapan yang terlalu tinggi dan sulit mencapainya, ketakutan akan sesuatu hal,trauma, dll
Dari kalimat Eksternal dapat dipahami bahwa faktor eksternal merupakan faktor penyebab stress yang berasal dari luar diri. misalkan saja terkena PHK, tugas banyak, mengalami kejadian duka, dll. yang memmungkinkan membuat orang menjadi stress.
2. Faktor Internal
Faktor Internal stress berhubungan erat dengan faktor dari diri sendiri dan keadaanya, misalkan saja harapan yang terlalu tinggi dan sulit mencapainya, ketakutan akan sesuatu hal,trauma, dll
d. Tipe – Tipe stress
1. Tekanan : hasil
hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu. Paras tekanan
yang dihasilkan akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu
tersebut bertindak balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan
harian. Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di
ancam oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak
balas. Anda boleh mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri
dengan persekitaran baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang
sederhana boleh menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian
tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan
masalah sosial dan seterusnya menggangu kesehatan anda.
2. Frustasi
: adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Konflik
: Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
4. Kecemasan :
Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan
pengertian tentang kecemasan
Apakah
pernah mengalami stress & bagaimana cara kalian mengatasi stress tersebut??
Saya pernah mengalami stress yg berlebih karena
pengalaman masa lalu saya, dan cara mengatasi stress yang berlebih itu saya
berusaha memaafkan diri saya dan orang lain yang bersangkutan. Selain itu saya
juga berusaha melupakan masalah tersebut dan mencoba untuk mengiklaskan stress
yang saya alami.
Sumber :
Samiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
Sumber :
Samiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar