Senin, 17 Oktober 2016

Tugas 3 (kekuasaan, leaadership, motivasi dan gaya kepemimpinan )

Nama : Bella Apriana
Kelas : 3pa 19
Npm : 12514101


Pendahuluan

Dewasa ini kita telah mengetahui berbagai macam karekteristik pemimpin dengan berbagai macam pula manajemen yang diperankan, sebagai pemimpin yang ideal tanpa memiliki rasa kepentingan bersifat mementingkan sebagian pihak, tentunya figur seorang pemimpin yang selalu membela keperluan rakyatlah yang kita harapkan.
Sebagai bangsa yang mayoritas dengan keberagaman agama, budaya, suku, dan ras kemudian melahirkan bermacam pemikiran pola tingkah laku dan sifat, sebagai pemimpin harus dapat menselaraskan kebergaman ini sehingga tidak ada yang merasa di kucilkan, inilah salah satu tantangan yang berada dalam kondisi serba modrenisasi.
Pada saat ini telah banyak terjadi penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan sehingga masyarakat telah di intimidasi oleh pemimpin-pemimpin yang tidak bertanggung jawab, segala persoalan yang dihadapi oleh kebanyakan bangsa dan negara adalah tentang masalah pemimpin, masih terlekat di memori kita kejadian pada tahun 1998, dimana saat itu kepemimpinan Soeharto diturunkan secara paksa oleh para masyarakat dan mahasiswa.
Saat ini pemimpin telah banyak menyalahgunakan kekuasaan sehingga terjadi penyimpangan  secara terorganisir dan menimbulkan pertanyaan besar bagi penerus bangsa dan negara, dengan demikian maka akan timbul banyak sekali asumsi tentang mengapa dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap rezim kekuasaan saat ini.


Teori

a. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan ada dalam setiap bentuk masyarakat, baik yang bersahaja maupun masyarakat yang kompleks. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan perkataan lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa.

Max Weber mengataan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.

Menurut Macvler, ada tiga pola umum lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan yaitu sebagai berikut:

   1)   Tipe pertama (tipe kasta) adalah system lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku. Tipe seperti ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta, di mana hampir-hampir tidak terjadi gerak social vertical.

  2)   Tipe yang kedua (oligarkis) masih mempunyai garis pemisah yang tegas. Akan tetapi, dasar pembedaan kelas-kelas social ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada warga untuk memeroleh kekuasaan-kekuasaan tertentu. Bedanyan dengan tipe yang pertama adalah walaupun kedudukan para warga pada tipe kedua masih didasarkan pada kelahiran ascribed status, individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.

   3)   Tipe yang ketiga (tipe demokratis) menunjukan kenyataan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil sekali. Kelahiran tidak menentukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang faktor keberuntungan.

b. Leadership (kepemimpinan)

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk memengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal) dan bersifat tidak resmi (informal). Perbedaannya yaitu dimana kepemimpinan bersifat resmi adalah kepemimpinan yang resmi dalam pelaksanaannya selalu berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi. Sedangkan kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikian didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat.

Suatu kepemimpinan (leadership) dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan berbagai cara (metode). Cara tersebut lazimnya dikelompokan kedalam kategori-kategori, sebagai berikut:

a)      Cara otoriter

Cara otoriter memiliki ciri-ciri pokok berikut ini

-      Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak

-    Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

   Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi didalam kelompok tersebut.

   b)      Cara-cara demokratis

-          Dalam merumuskan tujuan digunakan cara musyawarah dan mufakat

-          Pemimpin secara aktif memberikan dran dan petunjuk-petunjuk

-          Ada kritik secara positif, baik dari pemimpin ataupu pengikut-pengikut.

-          Pemimpi secara aktif ikut berpartisipasi didalam kegiatan-kegiatan kelompok

   c)      Cara-cara bebas

-       Pemimpin menjalankan peranan pasif
-       Penetuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya diserahkan kepada kelompok
-     Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan kelompok
-  Pemimpin berada ditengah-tengah kelompok, namun dia hanya berperan sebagai penonton.

c. Motivasi

  Motivasi adaalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kea rah tujuan. Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003).

Jenis motivasi, terbagi menjadi :

 a)  Motivasi intrinsik, yaitu  dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri. Motivasi ini tidak memerlukan rangsangan dari luar.

  b)  Motivasi ekstrinsik, yaitu dorongn yang berasal dari luar diri sendiri.  Motivasi ini bukan berarti motivasi yang tidak bai karena jenis motivasi apapun akan menghasilkan prestasi yang lebih baik,       namun motivasi ekstrinsik akan mudah hilang dari dalam diri karena bukan diri kita sendiri yang         menentukan.

   Kasus
Di sebuah hotel ada seorang pegawai “  bell boy “ yang sudah bertahun tahhun kerja di hotel tersebut. Pada suatu hari ada pegawai baru yang baru masuk dan menempati kedudukan lebih tinggi dari pegawai tersebut hanya karena gelar. HRD punya kekuasaan untuk menaruh dan memecat siapapun dalam keadaan apapun.

   Analisis
Menurut saya hrd memang memiliki kekuasaan tersebut akan tetapi gelar tidak akan cukup jika kemampuan pegawai baru tersebut tidak ada apa apa nya. Dalam sebuah pekerjaan menurut saya kemampuan lah yang paling penting. Karena dalam dunia kerja ipk atau gelar tanpa ada kemampuan tidak akan ada hasil nya.

   Gaya kepemimpinan dari para tokoh

   Soekarno.

Presiden Indonesia Pertama merupakan Presiden yang menyita perhatian dunia, bahkan Amerika sekalipun. Keberanian dan ketegasan adalah element sejati yang ada dalam tubuh Presiden Soekarno.
Presiden Soekarno merupakan Presiden yang dekat dengan rakyat dan terlebih dengan pemuda. Maka tidak heran Pak Soekarno pernah  berkata  “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Pak Soekarno terkenal dengan Pemimpin dengan semangat yang menyala-nyala dan energik.
Tak heran ketika Pak Soekarno berpidato, seluruh elemen masyarakat mendengarkan dengan antusias dan hening.
Pak Soekarno juga terkenal sebagai pemimpin yang penuh kontroversi. selain memiliki istri yang banyak Pak Soekarno juga terkenal dengan Ideologi Nasakom (Nasionalisme, Agama, & Komunisme). Di mana akhirnya G 30 S/PKI terjadi akibat salahnya pemahaman komunisme dan akhirnya menjadi yang terlarang di Indonesia.

 Soeharto


Diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966 kepada Letnan Jenderal Soeharto, maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era Orde Baru. Pada awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.


Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian. Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.


Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara pembatasan jumlah partai politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan politik. Sejumlah besar kursi pada dua lembaga perwakilan rakyat di Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tentara serta pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat bahwa mantan Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan sentralistis


Susilo Bambang Yudhono


 Beliau ini presiden pertama yang dipilih oleh rakyat. Orangnya mampu dan bisa menjadi presiden. Juga cukup bersih, kemajuan ekonomi dan stabilitas negara terlihat membaik. Sayang tidak mendapat dukungan yang kuat di Parlemen. Membuat beliau tidak leluasa mengambil keputusan karena harus mempertimbangkan dukungannya di parlemen. Apalagi untuk mengangkat kasus korupsi dari orang dengan back ground parpol besar, beliau keliahatan kesulitan. Sayang sekali saat Indonesia punya orang yang tepat untuk memimpin, parlemennya dipenuhi oleh begundal-begundal oportunis yang haus uang sogokan. Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam lingkungan tentara dan ia juga berlatar belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik kepada SBY karena ia santun dalam setiap penampilan dan apik pula berbusana. Penampilan semacam ini meningkatkan citra SBY di mata masyarakat. SBY sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY sebagai figur peragu, lambat, dan tidak "decisive" (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai perbedaan pendapat, tetapi selalu defensif terhadap kritik. Hanya sayang, konsistensi Yudhoyono dinilai buruk. Ia dipandang sering berubah-ubah dan membingungkan publik.

Jokowi

Presiden Indonesia ke-7 ini sangatlah unik. Gaya kepemimpinanya cenderung nyeleneh. Beliau menerapkan system servant leadership. Di mana dia menunjukkan bahwa pejabat publik merupakan pelayan masyarakat dan harus mengedepankan rakyat. Sikap seperti inilah yang membuat Jokowi dekat dengan rakyat dan mengantarkan beliau menjadi pemipin no. 1 di Indonesia.

Pak Jokowi walaupun terlihat sederhana dan ramah bukan berarti tidak tegas. Beliau adalah tipe pemimpin yang tegas dan tidak kenal dengan kompromi apabila ada yang tidak sesuai dengan konstituen. Tentu masih ingat denga kasus Bandar-Bandar Narkoba yang tertangkap. Mereka semua diberi hukuman mati. Padahal itu bertentangan dengan HAM dan bahkan mendapat sorotan dari dunia, tetapi dengan tegas Pak Jokowi mengiyakan hukuman mati tersebut.

Pak Jokowi juga merupakan pemimpin yang ramah dan terkenal dengan menyelesaikan permasalahan dengan tangan dingin. Tentu masih ingat dengan aksi-aksi penggusuran yang dilakukan oleh SATPOLPP yang selalu berujung kerusuhan. Di tangan Pak Jokowi, SATPOLPP tidak dipersenjatai dengan pentungan ataupun tameng, lalu rakyat diajak makan siang bersama di kediaman Pak Jokowi.

Banyak terobosan lagi yang dibuat Pak Jokowi yang moncer dan membuat tingkat kehidupan kita sebagai masyarakat Indonesia menjadi lebih baik. Mulai dari pembangunan Jalan Tol CIPALI dan bahkan Tol Laut yang membuat harga bahan sembako menjadi lebih murah sebelumnya.


Referensi :


Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada


http://www.kompasiana.com/hennysovya/mengenal-gaya-kepemimpinan-presiden-di-indonesia_552c5c1c6ea834f7738b4571


 

Selasa, 04 Oktober 2016

psikologi manajemen

PSIKOLOGI MANAJEMEN
https://ayutyasgotocampus.files.wordpress.com/2014/09/gundar-logo.jpg
Nama Anggota Kelompok:
Bella Apriana (12514101)
Kelvin Rino P (15514805)
Marlinda Diah N (16514418)
Nadia Ulfha(17514743)
Polina Arienday (18514456)
3 PA 19

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca serta dapat menjadi sumber referensi bagi pembaca.
    
                                                                                     
Bekasi, September  2016

Penyusun  
    
             
                                                          
A.                PENDAHULUAN

Dalam menjalani karirnya sebagai HRD di PT. Ruyung Karya Mandiri, Pak Aswani menyampaikan bahwa banyak masalah yang ia hadapi terkait dengan hubungan  dengan kepegawaian diantaranya banyak karyawan yang pindah kerja, dan pakAsmawi terkadang merasa sangat kewalahan dengan memperkerjakan karyawan baru.
Karyawan baru tersebut harus mulai mempelajari segala sesuatu dari awal dan menurut beliau ini bisa menjadi masalah besar ketika perusahan ini sedang mendapatkan permintaan pengiriman tenaga kerja. Selanjutnya, permasalahan yang umum terjadi adalah upah atau gaji yang sering kali di nilai terlalu rendah.
Dan yang terakhiri ialah konflik yang sering terjadi antara expatriat atau staff asing yang di tempatkan oleh perusahan yang menjalin kerja sama dengan PT. Ruyung Karya Mandiri dengan karyawan setempat. Beberapa karyawan mengaku bahwa terkadang perbedaan budaya yang sering kali mengakibatkan munculnya kesalahpahaman.
Pada contoh kasus di tahun 2007, PT.Ruyung Karya Mandiri menjalin kerjasama dengan salah satu hotel di Dubai dalam mencari waitres serta room cleaning service untuk hotel tersebut. Sekitar 3 orang delegasi dari Dubai pun ditugaskan ke Jakarta untuk menyeleksi calon kandidat, karena perbedaan budaya dimana orang Dubai berbicara memang dengan nada keras dan lantang beberapa karyawan merasa bahwa mereka diperlakukan tidak baik. Padahal orang Dubai tidak bermaksud demikian, hal tersebut karena kebiasaan menggunakan intonasi yang tinggi.
Pada kasus diatas banyak terjadi permasalan yang dihadapi, dimana pak aswani belum mengerti bagaimana mengatur organisasi, komunikasi dengan yang lain pun belum terjalin dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang masalah psikologi manajamen, organisasi, komunikasi, dimensi-dimensi komunikasi, wewenang, pengaruh, dan sebagainya.
B.     TEORI

1.      Psikologi Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Stoner). Ada 4 fungsi utama dalam manajemen antara lain perencanaan, pengoraganisasian, pengarahan, pengawasan.
Psikologi Manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun.  Ilmu psikologi yg memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan atau organisasi.

2.                     Organisasi
Psikologi manajemen dibutuhkan dalam berorganisasi. Apa itu organisasi? Menurut Dimock (1960:129) Organisasi adalah suatu cara yang sistematis untuk memadukan bagian-bagian yang saling tergantung menjadi suatu kesatuan yang utuh dimana kemenangan, koordinasi, dan pengawasan dilatih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi (industri) dapat kita pandang sebagai suatu system yang terbuka.
Kast & Rosenzweig (1974) mengartikan system sebagai “suatu kesatuan keseluruhan yang terorganisasi, yang terdiri dari dua atau lebih bagian, komponen atau subsistem, yang saling tergantung, yang dipisahkan dari suprasistem sebagai lingkungannya oleh batas-batas yang dapat ditemukenali”.
Orrganisasi (industry) sebagai suatu system terdiri dari subsistem, yaitu satuan kerja yang besar seperti divisi atau urusan. Satuan kerja yang besar ini terdiri dari satuan-satuan kerja yang lebih kecil (sub-sistem), seperti bagian. Setiap bagian terdiri dari satuan kerja yang lebih kecil lagi, misalnya seksi. Demikian seterusnya sampai ke satuan kerja yang kita tetapkan sebagai yang terkecil, yaitu tenaga kerja.
Untuk mencapai tujuan dalam berorganisasi dibutuhkannya komunikasi yang baik agar memudahkan jalannya organisasi.

3.                     Definisi komunikasi
Menurut Laswell, komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa.
Menurut Carl I. Hovland, Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain
Shannon dan Weaver (1949), berpendapat bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
Wiseman dan Barker mengemukakan bahwa model komunikasi memiliki 3 fungsi, sebagai berikut:
1.       Menggambarkan proses komunikasi;
2.       Menunjukan hubungan visual
3.       Membantu menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Sementara Deutsch mengatakan bahwa model komunikasi mempunyai empat fungsi, sebagai berikut :
1.       Fungsi pengorganisasian. Model membantu mengorganisasikan unsur-unsur secara sistematis, sehingga kita memperoleh gambaran secara holistic
2.       Fungsi penjelasan. Model membantu menjelaskan penyajian informasi secara sederhana
3.       Fungsi heraustik. Model memberikan gambaran mengenai unsur-unsur pokok dari suatu proses atau system
4.       Fungsi prediksi. Model dapat memperkirakan hasil atau akibat yang dicapai (Sendjaja, 1999)

4.                  Dimensi-dimensi komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa dimensi yaitu:
1.       Dimensi Isi
Dimensi isi disandi secara verbal dan menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan.
2.                   Dimensi Hubungan
Dimensi hubungan disandi secara nonverbal dan menunjukkan bagaimana cara menunjukkan dan mengisyarakatkan bagaimana proses komunikasi antara satu sama lain dan bagaimana seharusnya pesan tersebut disampaikan. Dalam komunikasi massa dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Contoh: pengaruh artikel dalam surat kabar bukan bergantung pada isinya, namun bergantung juga pada siapa penulisnya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan yang dipakai, dll.
3.                   Dimensi Arah
Komunikasi dalam konteks ini dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah merupakan satu orang memberikan informasi  kepada orang lainnya tanpa ada timbal balik, sedangkan komunikasi dua arah merupakan komunikasi dimana satu orang memberikan informasi ke orang lain, dan orang lain juga memberikan informasi, sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya.
5.                     Pengaruh
Pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain, secara tidak langsung kita dapat mempengaruhi orang lain dalam segala hal. Misalnya saat kita memberikan saran kepada teman kita tentang masalah yang ia hadapi, kmungkinan ia akan terpengaruh dengan saran yang kita berikan.
WJS. Poerwardaminta berpendapat bahwa, pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang bekekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain ( Poerwardaminta: 731)

6.                     Kunci-kunci perubahan perilaku
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 
1.       Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas. 
2.       Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. 
3.       Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu : 
1.       Pemikiran dan perasaan Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain. 
2.       Orang penting sebagai referensi Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi, seperti : guru, kepala suku dan lain-lain. 
3.       Sumber-sumber daya Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, keterampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. 
4.       Kebudayaan Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku. Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.

7.                  Bagaimana memperngaruhi orang lain
Dalam mempengaruhi orang lain kita harus memiliki beberapa cara yakni:
1.       Jangan mengkritik
2.       Jangan mempermalukan orang lain
3.       Jangan reaktif
4.       Gunakan kalimat positif
5.       Tertarik terhadap orang lain
6.       Ikuti arah pembicara orang lain
7.       Biarkan orang lain menunjukan kebolehannya
8.       Berikan lebih daripada yang diharapkan
9.       Percaya pada orang lain
10.    Menyesuaikan cara berpikir dengan lawan bicara anda
11.    Mintalah pendapat  sebagai gant perintah langsung
12.    Gunakan kata-kata lawan bicara
13.    Mulailah dengan cara yang ramah
14.    Jaga kata-kata dan cara mengucapkannya
15.    Mulailah dengan penghargaan dan pujian yang jujur
8.                  Wewenang
Jika kita sudah dapat mempengaruhi orang lain, kemungkinan kita dapat memiliki wewenang atau kekuasaan dalam berorganisasi. Wewenang adalah hak yang dimiliki seseorang atau badan hukum yang dimana dengan hak tersebut seseorang atau badan hukum dapat memerintah atau menyuruh untuk berbuat sesuatu.
Ada dua pandangan yang menjelaskan wewenang formal (resmi):
1.       Pandangan klasik (classical view) Wewenang datang dari tingkat paling atas, kemudian secara bertahap diturunkan ke tingkat yang lebih bawah
2.       Pandangan penerimaan (acceptance view) Sudut pandang wewenang adalah penerima perintah, bukannya pemberi perintah. Pandangan ini dimulai dengan pengamatan bahwa tidak semua perintah dipatuhi oleh penerima perintah. Penerima perintah akan menentukan apakah akan menerima perintah atau tidak.
Menurut Chester I. Bernard seseorang akan memenuhi perintah apabila dipenuhi empat kondisi berikut:
·         Dia dapat memahami komunikasi
·         Dia percaya bahwa perintah tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi
·         Perintah tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan secara keseluruhan, dan
·         Secara fisik dan mental mampu menjalankan perintah tersebut.

Wewenang Lini, Staff dan Fungsional
·         Wewenang Lini
Dimiliki oleh manajer lini yang mengambil keputusan untuk mencapai tujuan organisasi secara langsung. Dalam bagan organisasi, wewenang lini digambarkan oleh garis yang menghubungkan manajemen puncak sampai ke manajemen tingkat bawah.
·         Wewenang Staff Dilakukan oleh orang atau kelompok orang yang memberikan jasa atau nasehat kepada manajer lini. Staff ahli biasannya merupakan istilah yang menggambarkan posisi tersebut. Staff ahli memberikan nasehat berdasarkan keahlian, pengalamana, atau riset dan analisis yang diperlukan, termasuk bantuan pelaksanaan kebijakan, monitor, dan pengendalian.
·         Wewenang Fungsional Kadang organisasi mempunyai manajer atau departemen yang mempunyai wewenang fungsional.

C.     KESIMPULAN
Psikologi Manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Dimana psikologi manajemen sangat dibutuhkan dalam organisasi, karena dalam berorganisasi kita harus dapat mengatur pekerjaan kita. Selain itu komunikasi juga sangat dibutuhkan dalam berorganisasi untuk berinteraksi dengan yang lainnya, komunikasi juga membuat kita dapat memiliki hubungan yang baik dengan sesama. Lalu dalam berorganisasi kita harus tahu cara memengaruhi orang lain. Jika kita sudah mengetahui cara yang tepat, bisa saja kita memiliki wewenang dalam organisasi tersebut.

Jadi, Psikologi manajemen sangat penting dalam komunikasi organisasi yang dapat memberi pengaruh perubahan perilaku orang lain untuk mendapatkan  suatu wewenang dalam sebuah organisasi

Daftar Pustaka
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta. Universitas Indonesia

Nasikun. (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Robbias, S.P & Judge, T.A. (2008). Perilaku Organisasi 2 (edisi 12). Salemba Empat:
Jakarta

Sarwono, S.W. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka

Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Media Presindo

Ulfha, Nadia. 2016. Psikologi Manajemen. http://nadiaulfha25.blogspot.co.id/2016/09/psikologi-manajemen-tugas-1.html, diakses pada 30 september 2016